Tuesday 23 June 2015



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara garis besar, proses terjadinya pendidikan bersumber kepada dua hal yaitu Guru sebagai pendidik dan pengajar serta Anak didik yang menerima pendidikan itu sendiri. Dalam masa-masa usia sekolah dasar guru ditugaskan untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak didiknya, seperti keadaan keluarga, taraf sosial ekonomi, budaya dan lingkungan sekitar serta watak dan sifat anak didiknya serta guru juga harus memahami keberadaan setiap individu anak sebagai wujud yang utuh, menangani setiap permasalahan yang muncul dari diri anak dalam peristiwa belajar melalui pendekatan psikologi.
Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Pada masa ini walaupun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga mengahambat mereka dalam belajar. Walaupun demikian tetap saja pada masa usia sekolah dasar secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya.
Dan masa usia sekolah dasar umumnya pada masa-masa kelas rendah anak-anak belum dituntut untuk berfikir logis. Karena pada masa ini guru harus memahami semua karakteristik anak didiknya yang masih senang untuk bermain. Dunia bermain sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Karena bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir dan berimajinatif serta penuh daya akal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreatifitas anak.
Pada pembahasan kali ini penulis akan membahas kesulitan siswa kelas IV Sekolah Dasar dalam pembelajaran Matematika. Serta membahasas peranan Guru dalam mengatasi permasalahan yang muncul pada saat pembelajaran Matematika. Oleh karena itu, Guru  dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada dilingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu guru juga dituntut agar dapat mengatasi berbagai permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja kusulitan siswa kelas IV dalam proses pembelajaran Matetamatika?
2.      Bagaiman cara guru mengatasi kesulitan yang timbul pada siswa dalam proses pembelajaran Matematika?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahiu kesulitan siswa kelas IV dalam proses pembelajaran Matematika.
2.      Untuk mengetahui cara guru dalam mengatasi kesulitan yang timbul pada siswa dalam proses pembelajaran Matematika.

D.    Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah menggunakan Angket dan wawancara. Dalam penelitian ini observasi ditujukan kepada siswa kelas IV MI Darussalam yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran Matematika. Serta peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar Matematika pada siswa kelas II MI Darussalam.


BAB II
LANDASAN TEORISTIK

A.  Pengertian Umum
Psikologi Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang terus berkembang dan dipelajari adalah psikologi. Psikologi berasal dari kata Yunani yaitu “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya adalah ilmu pengetahuan.[1] Jadi secara etimologi, psikologi adalah ilmu yang membahas segala sesuatu tentang jiwa, baik gejalanya, proses terjadinya, maupun latar belakang kejadian tersebut.
Psikologi belajar menurut W.S Winkel dalam bukunya “Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar” menyatakan bahwa psikologi pendidikan adalah salah satu cabang dari psikologi praktis yang mempelajari prasarat-prasarat (fakta-fakta) bagi belajar disekolah berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua proses belajar. Dalam hal ini, kajian psikologi pendidikan sama dengan Psikologi Belajar.[2]
Tujuan mempelajari psikologi belajar, antara lain; untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing murid dalam proses belajar, dan agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu system pendidikan yang efisien dan efektif dengan jalan mempelajari, menganalisis tingkah laku murid dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung guna meningkatkan kearah yang lebih baik.
Fungsi Psikologi Belajar dalam pembelajaran menurut Gege dan Berliner (2005: 6-8), Psikologi Belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk menjelaskan, memprediksikan, mengontrol fenomena (dalam kegiatan belajar mengajar), dan dalam pengertiannya sebagai ilmu terapan juga memiliki fungsi merekomendasikan.[3]
Secara umum manfaat dan kegunaan Psikologi Belajar menurut Muhibinsyah (2003 : 18) bahwa Psikologi Belajar merupakan alat bantu yang penting bagi penyelenggara pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Psikologi Belajar dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak bagi guru, konselor, dan juga tenaga professional kependidikan lainnya dalam mengelola proses pembelajaran. Sedangkan proses pembelajaran tersebut adalah unsure utama dalam pelaksanaan setiap system pendidikan. Manfaat dan kegunaan Psikologi Belajar juga membantu untuk memahami karakteristik murid, apakah termasuk anak yang lambat belajar atau yang cepat belajar, dengan mengetahui karakteristik ini diharapkan guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran secara optimal.[4]

B.  Masa-masa Perkembangan
Para ahli psikologi membagi-bagi masa perkembangan itu menurut pendapat yang berbeda-beda dengan mempergunakan dasar-dasar pemikiran yang berlainan.
1.      Pembagian Aristoteles
Aristoteles (384-322 sebelum Masehi) adalah seorangdari tiga ahli filsafat dan pendidik kenamaan bangsa Yunani pada zamannya. Menurut Aristoteles ada tiga masa perkembangan, yaitu :
a.       Periode anak kecil (kleuter), usia sampai 7 tahun
b.      Periode anak sekolah, usia 7 sampai 14 tahun
c.       Periode pubertas (remaja), usia 14 sampai 21 tahun
Peralihan antara masa pertama dengan masa kedua ditandai dengan pergantian gigi. Peralihan antara masa kedua dengan masa ketiga dengan tumbuhnya bulu-bulu menjelang masa remaja. Pembagian masa perkembangan menurut pola Aristoteles itu masih dijadikan bahan pemikiran sampai sekarang dengan alasan-alasan yang berlainan.[5]
2.      Pembagian Ch. Buhler
Charlote Buhler ,seorang ahli psikologi, dalam bukunya Practische Kinder Psychologie, 1949, mengemukakan masa perkembangan anak dan pemuda sebagi berikut :[6]
a.      Masa pertama, usia sampai 1 tahun
Pada asa ini anak berlatih mengenal dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan. Pada waktu lahirnya ia mengalami dunia tersendiri yang tak ada hubungnnya dengan lingkungannya. Perangsang-perangsang luar hanya sebagian kecil yang dapat disambutnya, sebagian besar lainnya masih ditolaknya. Pada masa ini terdapa dua peristiwa yang penting, yaitu belajar berjalan dan berbicara.
b.      Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun
Keadaan dunia luar makin dikuasai dan dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa, dan pertumbuhan kemauannya. Dunia luar dilihat dan dinilainya menurut keadaan dan sifat batinnya. Semua binatang dan benda mati disamakan dengan dirinya. Bila ia berusia 3 tahun ia akan mengalami krisi pertama (Trotzalter I)
c.       Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun
Keinginan bermain berkembang menjadi semangat bekerja. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan semakin tinggi. Demikian pula rasa sosialnya semakin tinggi. Pandangan terhadap dunia sekelilingnya ditinjau dan diterima secara objektif.
d.      Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun
Keinginan maju dan memahami kenyataan mencapai puncaknya. Pertumbuhan jasmani sangat subur pada usia 10 sampai 12 tahun. Kejiwaanya tampak tenang, seakan-akan ia bersiap-siap untuk menghadapi perubahan yang akan dating. Ketika anak perempuan berusia 12 sampai 13 tahun, anak laki-laki berusia 13 sampai 14 tahun, mereka mengalami masa krisis dalam proses perkembangannya. Pada masa ini mulai timbul kritik terhadap diri sendiri, kesadaran akan kemauan, penuh pertimbangan, mengutamakan tenaga sendiri, disertai berbagai pertentangan yang timbul dengan dunia lingkungan, dan sebagainya.
e.       Masa kelima, usia 14 sampai 19 tahun
Pada awal masa pubertas anak keliahtan lebih subjektif. Kemampuan dan kesadaran dirinya terus meningkat. Hal ini mempengaruhi sifat-sifat dan tingkah-lakunya. Anak dimasa pubernya selalu merasa gelisah karena mereka sedang mengalami strum und drang (ingin memberontak, gemar mengeritik, suka menentang dan sebagainya). Pada akhir masa pubertas, yaitu sekitar usia 17 tahun, anak mulai mencapai perpaduan (sintesis), keseimbangan antara dirinya sendiri dengan pengaruh dunia lingkungan. Mereka membentuk pribadi, menerima norma-norma budaya dan kehidupan. Bila kelihatan gejala-gejala seperti itu, menurut kohnstam, merupakan pertanda bahwa remaja itu mulai memasuki masa matang.

C.  Teori Perkembangan
Dewasa ini ada tiga teori atau pendekatan mengenai
Perkembangan, yaitu pendekatan-pendekatan kognitif belajar atau lingkungan, dan etologis.
1.     Pendekatan Pengembangan Kognitif
Pendekatan ini didasarkan kepada keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbung tingkah laku anak. Kunci untuk memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya.
2.         Pendekatan Belajar Atau Lingkungan
Teori-teori belajar atau lingkungan berakar dari asumsi bahwa tingkah laku anak diperoleh melalui pengkondisian dan prinsip-prinsip belajar. Di sini dibedakan antara tingkah laku yang dipelajari dengan yang temporer (tidak dapat diamati).
Teori lain dari pendekatan ini adalahmodel belajar sosial. Model ini sangat dipengaruhi oelh pemikian Albert Bandura yang lebih mengajukan peranan faktor kognitif dari pada analisis tingkah laku. Asumsi terpentingnya adalah bahwa belajar observasional terjadi ketika tingkah laku anak berubahh sebagai hasil dari pandangannya terhadap tingkah laku seorang model seperti orang tua, guru, teman, pahlawan dan bintang film. Hal yang paling penting dari model adalah mencontoh tingkah laku yang diobservasi atau mengabstraksinya dalam bentuk yang umum.
3.      Pendekatan Etologi
Pendekatan ini merupakan studi perkembangan dari perspektif evolusioner yang didasarkan pada prinsip-prinsip evolusi yang diajukan pertamanya oleh Charles Darwin. Konsep ini merujuk kepada asal-usul biologis atau evolusioner tentang tingkah laku sosial. Para etologis sangat memperhatikan studi tentang penyebab evolusioner terhadap tingkah laku, walaupun mereka memiliki perhatian terhadap peranan “conditioning” dan prinsip-prinsip belajar terhadap tingkah laku namun upaya mereka sangat kondentrasikan kepada pemahaman tentang bagaimana proses bawaan mempengaruhi perkembangan. Proses bawaan ini termasuk mekanisme genetika yang mentransmisi atau mewariskan karakterisitik fisik dan tingkah laku dari satu generasi ke generasi, serta mekanisme biologis yang mengontrol lahirnya pola-pola tingkah laku naluriah.
Lorenz dan Timberger dua orang pendiri gerakan etologi, mengindentifikasi empat karakterisitik tingkah laku bawaan, yaitu (a) universal (b) stereotip (3) bukan hasil belajar (4) sangat minim sekali pengauh lingkungan. Para etologis menggambarkan bagaimana urutan-urutan yang kompleks dari respon bawaan dipicu oleh stimulasi dalam lingkungan dan bagaimana mekanisme bawaan seperti “imprinting” (proses dimana berbagai jenis spesies yang baru lahir membentuk ikatan emosinonal dengan induknya) mempengaruhi proses belajar.[7]

D.  Karakteristik Masa Kanak-kanak
Anak-anak menyenangi suatu proses, kalau anak bertanya yang paling penting bukanlah sebuah jawaban melainnkan proses berbicara itu sendiri atau pertanyaan itu sendiri. Itu sebabnya anak selalu suka bertanya sekalipun orang dewasa telah menjawabnya. Minat untuk mengetahui proses terjawabnya suatau pertanyaan sanat menentukan minat anak untuk belajar lebih jauh tentang hal baru lainnya.
Kebutuhan dasar anak kebutuhan yaitu anak butuh tentang tujuan yang dekat. Bagi anak kecil hari ini dan besok lebih penting dari pada minggu depan, hal ini disebabkan keadaan anak kecil belum memiliki konsep waktu yang jelas. Anak kecil akan cepat merasa lelah, oleh karena itu guru harus pandai megalihakan perhatian mereka. Dalam mengerjakan sesuatu ia ingin segera mencapai tujuannya,jika membuat suatu benda hendakknya diselesaikan pada hari itu juga. Selain itu ada pula kebutuhan akan sukses adalah proses penilaian hasil belajar mereka seperti contoh memberi tugas membuat suatu karya kerajinan tangan atau sejenisnya sebagus atau sejelek apapun karya mereka sebagai guru hendaknya selalu memuji dan mendukung apa yang telah anak ciptakan karena jika ia merasa gagal maka ia akan berhenti mencoba, maka sebagai guru hendaknya memberi motivasi yang lebih baik agar potensi pada diri anak akan terus berkembang.[8]



BAB III
  HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A.    Pelakasanan Kegiatan Observasi
Hari                             : Jum’at dan Sabtu
Tannggal                     : 22 dan 23 Mei 2015
Tempat                        : MI Darussalam Taman Sidoarjo
Kepala Sekolah           : Aimmatul Aliyah, S.Pd.I
Wali kelas                    : Mochammad Feriyanto, S.Pd
Guru Matematika        : Miftachul Khoir       
B.     Hasil Observasi                     
Hari Pertama (Wawancara bersama Guru Matematika)
Wawancara tentang kesulitan mengajar siswa dalam pandangan guru.
Narasumber     : Bapak Miftakhul Khoir
Mata pelajaran : Matematika
Pewawancara  : Titin Hariati, Yuni Purwanti, Fitrotul Azizah

Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan           :
1.    Bagaimana kesulitan mengajar siswa dari segi penglihatan guru ?
Jawaban :   Saya sering kesulitan dalam mengkondisikan siswa agar lebih konsentrasi terhadap pelajaran saya, ada bebarapa siswa yang belum bisa membaca dan terdapat 3 siswa hiperaktif yang sulit untuk diatur
                                                                    
2.    Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang Anda dapatkan ?
Jawaban :   Anak-anak senang dengan permainan jadi saya membuat permainan untuk menghibur juga dengan tebak-tebakan dan memadupadankan dengan pembelajaran, lalu untuk beberapa anak yang hiperaktif saya berusaha memisahkan tempat duduk mereka tidak membaur dengan anak lainnya agar tidak mempengaruhi teman-temannya

3.    Apa perbedaan yang mencolok antara siswa yang pendiam dan hiperaktif ?
Jawaban :   Anak yan ghiperaktif menurut saya kurang mampu menguasai pelajaran justru anak yang pendiam lebih memahami pelajaran serta mendapat nilai bagus

4.    Apakah sekolah memfasilitasi untuk mengatasi masalah siswa misal yang hiperaktif,terlalu pendiam atau siswa yang tidak bisa membaca?
Jawaban :   Saya rasa tidak ada hal seperti itu karena jika dalam kelas melakukan hal demikian guru tidak bisa fokus terhadap semua siswa jadi takut tertinggal untuk siswa lain tetapi saya membantu sebisa saya meski tidak maksimal

5.    Permasalahan yang dihadapi siswa apakah mengganggu dalam proses belajar mengajar?
Jawaban :   Sangat mengganggu karena siswa yang hiperaktif tersebut mempengaruhi teman-temannya

6.    Bagaimana hubungan pihak sekolah dengan wali murid apakah diberitahu tentang kesulitan siswa dalam belajar apa saja ?
Jawaban :   Saya kira hubungan pihak sekolah sangat minim karena hanya bertemu saat pembagian rapot saja itupun ada wali murid yang tidak hadir tetapi untuk hasil belajar dan kesulitan siswa tetap diberitahukan kepada masing-masing wali murid

7.    Apa strategi yang Bapak lakukan untuk mengajar ?
Jawaban :   Karena anak-anak senang terhadap permainan misal dalam bab bangun ruang saya sering mengajak anak-anak melakukan permainan tertentu yang berhubungan dnegan bab itu

8.    Bagaimana penggunaan bahasa Bapak dalam mengajar ?
Jawaban :   Saya menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai tapi terkadang saya memakai bahasa jawa untuk mempermudah anak-anak dalam memmahami penjelasannya

9.    Apakah Anda memakai media khusus untuk menjelaskan atau siswa membawa alat bantu seperti contoh sempoa ?
Jawaban :   Tidak, pembelajaran yang saya gunakan dengan menggunakan ceramah dan jarimatik

10.         Apa yang membuat Bapak betah dalam mengajar ?
Jawaban :   Karena saya memang suka anak-anak apalagi melihat mereka aktif

11.         Bagaimana menurut Anda apakah sistem yang digunakan sekolah sudah sesuai untuk anak-anak misal untuk penempatan jadwal pelajaran ?
Jawaban :   Saya kira sudah sesuai selain menempatkan jadwal sesuai dengan kondisi guru tapi juga tepat untuk anak-anak

12.         Apakah ada perlakukan khusus dari pihak sekolah untuk anak dari kalangan tokoh masyarakat sekitar ?
Jawaban :   Saya kira tidak ada karena ada anak kepala sekolah disini diperlakukan sama dengan murid lainnya

13.         Bagaimana dengan hasil belajarnya dari siswa perempuan atau laki-laki yang lebih unggul ?
Jawaban :   Dari siswa perempuan

14.         Saat seperti apa Bapak mengalami kondisi terlalu bingung sehingga seperti ingin menyerah ?
Jawaban :   Saya sering pusing dan seperrti bingung sendiri saat salah satu siswa yang hiperaktif tersebut mempengaruhi siswa yang lain jadi semua siswa tidak terkendali













Hari Kedua (Pemberian Angket kepada Siswa kelas IV)
Dengan pemberian angket, maka dapat memudahkan peneliti dalam merumuskan berbagai persoalan yang ada dalam prosses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika kelas IV MI Darussalam Taman.
Bagaimanakah mata pelajaran matematika menurut anda ?
No
Nama Siswa
Pendapat
Mudah
Sangat Mudah
Sulit
Sangat Sulit
1.
Abdullah Khowarysmy
ü   



2.
Akhmat Rijal Lillah



ü   
3.
Arya Gemilang H.



ü   
4.
Habil Abdillah


ü   

5.
Irfa’ Amirul Haq
ü   



6.
Mohammad Sony S.


ü   

7.
M. Rifky Ardiansyah



ü   
8.
M. Febri Andiliani



ü   
9.
M. Firdaus Adi Mahir P.



ü   
10.
Marsihan Firmansyah


ü   

11.
Muhammad Firnanda


ü   

12.
Naila Izza Erianti


ü   

13.
Nurul Lailatul Mufidah


ü   

14.
Nur Rochmah Mutiara


ü   

15.
Putri Dwi Anggraini


ü   

16.
Rahma Safitriana


ü   

17.
Reza Maulana Ibrahim


ü   

18.
Riska Fatih kamila S
ü   



19.
Sachzania Inka Putri
ü   



20.
Wanda dwi mutiara Hadi
ü   



21.
Zayyana Riyu Nabila


ü   

22.
Hesti Dwi Rahmawati
ü   



23.
Ahmad Mamluq



ü   
24.
Arif Alfian Thoriq



ü   


Keterangan
Jumlah
Mudah
6
Sangat Mudah
-
Sulit
11
Sangat Sulit
7
Total
24
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Pada masa ini walaupun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga mengahambat mereka dalam belajar. Walaupun demikian tetap saja pada masa usia sekolah dasar secara relative anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya.
Berdasarkan pengamatan oleh peneliti, yang dilakukan berdasarkan hak angket yang diberikan kepada siswa kelas IV MI Darussalam, dapat dinyatakan bahwa Siswa kelas IV MI Darussalam dominan mengalami kesulitan pada saat pembelajaran matematika.
Selain siswa, guru pun juga mengalami berbagai macam kesulitan dalam mengajar matematika. Khususnya bagi siswa yang belum bisa membaca dan siswa yang hiperaktif, khusus bagi yang hiperaktif guru kesulitan dalam mengondisikannya karena sedikit besar siswa yang hiperaktif tersebut akan mempengaruhi siswa yang lain. Sehingga pembelajaran matematika akan sulit untuk disampaikan. Namun, kesulitan belajar tersebut dapat diatasi melalui berbagai cara. Hal tersebut berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Bapak Miftachul Khoir selaku guru matematika kelas IV MI Darussalam.




B.     Saran
Dari hasil penelitian mengenai kesuliatan belajar matematika kelas IV MI Darussalam Taman tersebut. semoga dapat menjadi pelajaran bagi guru untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kesulitan anak dalam belajar matematika.
 Selain itu laporan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi guru dalam mengatasi berbagai kesuliatan belajar anak khusunya dalam mata pelajaran matematika.
Laporan ini semoga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para pendidik dalam proses belajar mengajar khususnya bagi siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah.























DAFTAR PUSTAKA


Yusuf, Syamsu H. LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012

Hamalik Oemar, Psikologi Belajar & Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010

Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012
Nurjan,Syarifan, Mukhlisan, dkk, Psikologi Belajar,Surabaya : Amanah Pustaka, 2009


[1] Syarifan Nurjan, Mukhlisan, dkk, Psikologi Belajar, (Surabaya : Amanah Pustaka, 2009) Hal. 1-10
[2] Ibid, hal.1-12
[3] Ibid, hal.1-14
[4] Ibid, hal. 1-17
[5] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012) hal. 18
[6] Ibid, hal. 19-20
[7] Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),hal 10
[8] Dr. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar & Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010), hal 53

Lampiran I


 




Kondisi kelas IV MI Darussalam saat kegiatan belajar mengajar


 





Bersama Wali Kelas IV MI Darussalam dan Guru Matematik

0 komentar:

Post a Comment