Wednesday, 3 June 2015

Selamat pagi, siang, malam bagi pembaca budiman, kali ini kita akan mempelajari arti dari memancing lebih dalam. filosofi dari memancing, mari kita simak baik - baik ya!!!

Memancing tidak lepas dari predikat negatif sebagai ‘pengangguran’ karena menghabiskan waktu berjam-jam untuk hasil yang tidak terlalu banyak, atau predikat ‘pemboros’ karena apabila dihitung-hitung antara modal untuk mancing dan hasil yang didapat seringkali besar pasak daripada tiang, tetapi sedikit banyak kita bisa belajar dari para penunggu ikan ini.
Saya termasuk orang yang hobi mancing. Malah dulu waktu masih sekolah, saya selalu menyempatkan mancing di rawa-rawa,sungai atau waduk setelah pulang sekolah. Ndak tanggung-tanggung, acara mancing pulang sekolah mulai jam 1 sampai jam setengah 6, hampir tiap hari. Memang tidak banyak hasilnya, paling 10 ikan Bethik,tawes,lele dengan Kocolan (ikan gabus yang masih kecil). Tapi setiap dapat, selalu dikumpulkan, dan kalau sudah banyak dimasak di dapur untuk dimakan bareng-bareng teman2.
Lantas dimana filosofinya?. Banyak orang mengatakan filosofi mancing terletak pada kesabarannya menunggu ikan. Padahal sebenarnya bukan disitu intinya. Filosofi mancing yang paling menawan adalah orientasinya yang menitik beratkan pada proses.
Kata ‘berorientasi pada proses’ sepertinya sesuatu yang biasa. Tidak ada istimewanya sama sekali. Tapi apakah memang demikian?. Coba kita simak gambaran berikut ini.
Seorang pemancing sejati (benar-benar penghobi, bukan sebagai pekerjaan atau bertujuan memenuhi kebutuhan lauk di dapur) selalu mempersiapkan peralatannya sebelum mancing. Peralatan mancing yang tidak murah, walaupun juga tidak mahal (kecuali yang biasa dipakai di acara Mancing Mania)menjadi sarana wajib yang perlu diteliti sebelum berangkat. Selanjutnya menyiapkan umpan. Mulai dari yang sederhana, biasanya cacing, ulat, klelet, kroto, atau apapun yang langsung bisa dipakai, sampai dengan racikan keju, roti, daging ikan, essence makanan, pasta, yang semuanya harus diolah seperti layaknya masakan untuk manusia. Setelah semua siap, baru berangkat ke tempat pemancingan. Bisa di kolam pancing (sistem harian tentunya, kalau kiloan sama saja dengan beli ikan), tambak, muara, atau laut.
Bayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan untuk sekali mancing. Saya sendiri biasa menyiapkan antara Rp.50.000 sampai Rp.75.000 hanya untuk umpan. Ditambah tiket kolam harian sekitar Rp. 30.000 sampai Rp. 50.000. ditambah lagi untuk bekal sekitar Rp.25.000 (rokok, nasi, minum, bensin). Total biaya untuk sekali mancing sekitar Rp. 120.000.
Apa yang di dapat?. Ya namanya mancing tidak bisa dipastikan. Kadang dapat banyak, kadang hanya dapat 1 ekor, kadang gak bawa apa-apa. Lha apa nggak rugi?. Kalau dihitung dengan rumus matematika ya pasti rugi. Dan pasti lebih banyak ruginya daripada untungnya. Lantas kenapa masih terus mancing?.
Dari sini terlihat seringkali orang mencampur-aduk antara orientasi proses dan orientasi hasil. Seorang pemancing sejati orientasinya pada proses, bukan hasil. Jadi kalau ada pemancing sejati yang diberi ikan secara cuma-cuma oleh pemilik tambak/kolam, belum tentu diterima. Kalaupun diterima tidak dengan hati gembira ria seperti kejatuhan rejeki dari langit. Pemancing sejati hanya menerima itu sebagai bentuk kesopanannya untuk tidak menolak pemberian. Kenapa? Ya karena pemancing sejati orientasinya pada proses, bukan hasil. Kalau menerima dengan senang hati, atau malah berharap diberi lebih banyak, berarti bukan seorang pemancing sejati. Atau mungkin di dapur sedang tidak ada lauk.
Dari sini kita bisa belajar bahwa sebenarnya hidup itu SEMESTINYA sama dengan pemancing sejati. Besarnya pengorbanan yang kita lakukan SEMESTINYA bukan untuk mendambakan hasil, tapi semata-mata untuk menciptakan proses yang baik.
Ketika kita bekerja, lakukan pekerjaan itu sebaik mungkin. Jangan pernah melihat hasilnya, karena yang sebenarnya dinilai oleh Sang Pencipta adalah prosesnya. Sehat atau cacat, miskin atau kaya, pejabat atau kuli, semua sama-sama melakukan proses. Tidak ada yang berbeda.
Ingatlah selalu bahwa tugas kita hanya di prosesnya. Kita hanya perlu menyiapkan proses dengan baik, melakukan proses dengan baik, dan menyikapi proses dengan baik. Hanya itu?. Ya hanya itu yang dinilai Sang Pencipta.
Tapi memang untuk melaksanakannya dalam hidup tidak semudah orang mancing. Terutama dalam hal menyikapi proses dengan baik.salam mancing mania

0 komentar:

Post a Comment